Minggu, 14 Maret 2010

Petani Nusa Tenggara Timur Beralih ke Pupuk Organik

TEMPO Interaktif, Kupang - Rencana pemerintah menaikan harga pupuk bersubsidi pada April 2010 ini menyebabkan petani di Nusa Tenggara Timur (NTT) beralih ke pupuk organik.

"Hampir seluruh petani di daerah ini mulai beralih dari pupuk non organik ke pupuk organik mengantisipasi kenaikan harga pupuk," kata Ketua kelompok Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) NTT, Oktory Gasperz di Kupang, Senin (14/3).

Rencananya, pemerintah akan menaikan harga pupuk hingga 50 persen. Namun, sebelum kebijakan itu diberlakukan, pemerintah akan menaikan harga pembelian pemerintah (HPP) gabah kering panen dari petani.

Kenaikan harga pupuk ini, menurut dia, akan memberatkan petani di daerah ini yang didominasi oleh masyarakat pedesaan sehingga perlu diantisipasi.

Walaupun kebutuhan pupuk organik lebih banyak yakni empat sampai 10 ton untuk satu hektare lahan pertanian, namun pupuk organik selalu tersedia di kalangan petani. Sebab selain menanam, petani juga memelihara ternak. Apalagi harga jual pupuk organik lebih murah yakni Rp1000 per kilogram (kg).

"Bahan baku pupuk organik yang berasal dari kotoran ternak lebih banyak tersedia," katanya.

Sedangkan kebutuhan pupuk non organik per hektare sebanyak tiga sampai lima ton, dengan harga jual Rp1500 per kilogram dan selalu mengalami kenaikan setiap tahunnya.

Dengan pengalihan ini, ia meminta kepada pemerintah provinsi dan kabupaten/kota untuk mendukung petani yang beralih ke pupuk organik. "Kami berharap ada dukungan dari pemerintah dengan pengalihan ini," katanya.

Pada 2010, NTT mendapat alokasi pupuk bersubsidi dari menteri pertanian sebanyak 33 ribu ton, naik dibanding 2009 sebanyak 30 ribu ton.

YOHANES SEO

Tidak ada komentar:

Posting Komentar